Minggu, November 02, 2014

Discusi antara Arconso Miguel dengan Quim di Facebook.



Posted: Jumat 21 juni 2013.pukul 7:49


Kiriman AM :
Melihat system penyelenggaraan pemerintah TL  terkadang membawa banyak pertanyaan dan jawaban.
Banyak yang memuji kemampuan Mari dan banyak yang meremehkan sampai menghina Xanana. Kemampuan Xanana. Sering juga kemampuan Mari dilihat sebelah mata oleh banyak kalangan. Banyak diantara kita merasa lebih mudah dan memiliki  jiwa membangun yang lebih kuat dan berkarakter kenegarawanan yang lebih baik.
Namun apakah sederet generasi muda yang menduduki jabatan pada pemerintahan Xanana bisa dijadikan sample untuk mewakili generasi muda penerus yang handal???? Aku tak tahu harus menjawab apa……….
Tidak didukung


Quim:
Jika kita mau jujur maka kemampuan antara Mari dan Xanana sangat bertolak belakang. Walau keduanya dari partai tua yang sama yang mana slogan berbasis mauberismo tapi sulit mengimplementasikan konsep pembangunan. Mari adalah pendiri,politikus senior,ekonom dan hokum, diplomat serta konseptor yang mengkombinasikan ide dasar partai ke politik pembangunan modern. Namun dalam kepemimpinan di pemerintahan tidak di dukung oleh sebagian generasi muda yang anggap Mari arogan dan individualis dalam pemerintahan. Kejatuhan Mari adalah factor kesempatan yang dibaca oleh lawan politiknya melalui rakyat yang pada saat itu kurang informasi dan masih labil.
Tapi jika kita melihat sisi keberhasilan maka semua elemen bangsa harus akui keberhasilan Mari dalam pembangunan fondasi bangsa yang di amanatkan oleh  konstitusi….a.l. ; Keamanan external/internal,hokum/ham,batas2 laut/darat dls.
Masa kepemimpinan Xanana adalah masa karena instrument dasar Negara sudah ada tinggal diperbaiki dan dilanjutkan sesuai perkembangan yang ada……….Lanjut.

Quim :
Xanana adalah pemimpin multitalent, mulai sebagai seorang journalist sampai menjadi komandan revolusi hingga menjadi PM. Tak ada keraguan padanya jika Mari dalam pemerintahannya tertutup untuk generasi muda (menurutmusuh politik) maka Xanana terbuka untuk memberikan kesempatan pada generasi muda dalam jabatan2 strategik, kemampuan mereka dapat dilihat dari hasil kerja selama hamper 2 periode. Maka jika kita ingat kembali kampanhe politik partai2 koalisi sangat bertolak belakang dengan setelah menduduki jabatan.
Xanana rupanya sadar, pengikutnya hanya berteori tapi bukti riil nihil.
Sehingga dalam penyusunan strategic jangka panjangnya tidak melibatkan lingkungan pejabatnya justri dari tokoh2 oposisi. Setiap departemen dalam pemerintahannya (kementerian) hampir berdasarkan petunjuk sang PM bukan dari otak sang menteri sendiri. Melihat kemampuan para pengikutnya Xanana menjadi sadar tentang konsep pembangunannya, maka untuk mensukseskan estrategisnya dia harus berkolaborasi dengan oposisi. Lalu apa reaksi lawan politik lawan politik oposisi ??? sama aku juga tidak tau bung……..

Arconso Miguel :
Uraian observasi bung Quim menurut aku sangat konprehenship, logis and up to date. Keduanya memiliki porsi kepemimpinan dan kemampuan yang berbeda tetapi sama kuat dan negarawa, timing yang berbeda menempatkan mereka bergerak sesuai dengan waktu dan perkembangan politik dunia. Yang aku kwatir kelihatannya generasi muda, pada pendapat bung Quim masih merupakan lokomotif yang belum belum bisa bergerak maju sendiri dan menunjukkan “jati diri” kami sudah bisa dan inilah kemampuan kami. Aku sangsi karena ada generasi muda tersohor yang memegang jabatan yang sama selama dua periode namun tidak ada perubahan signifikan dalam aspek pembangunan, malah menjadikan Negara ini korban inflasi. Aku sekali lagi setuju dan bertanya nasib Negara ini sampai kapan harus tergantung terus kepada generasi angkatan tua ? dimanakah kemampuan yang muda?

Quim :
Bung Arconso, apa yang anda kwatirkan meman benar. Generasi muda sulit didapat untuk 5-10 tahun mendatang. Kita akan mengalami krisis pemimpin untuk jangka waktu lama. Partai2 politik kita juga mengalami kurangnya generasi muda yang potensial. Partai hanya memikirkan kepentigan individu bukan sebagai partai yang mengutamakan kepentingan state, kurangnya pendidikan politik, regenerasi dan apalagi para pemimpin partai tidak memahami konsep kepartaian, hal ini terlihat jelas saat2 kampainye. Sementara partai tua merenovasi internalnya dengan mencetak generasi mudanya untuk memimpin, walaupun tidak seberapa namun ada dan siap dipakai. Apakah generasi yang bersama Xanana ada yang siap untuk maju setelah Xanana pensiun, saya sangsikan itu.

Arconso :
Betul bung Quim apakah mereka mampu? Aku melihat indika untuk mengukur mampu tidak generasi muda paling minim berbakat intelektualitas yang miliki sekjen CNRT Dionisio Babo bisa membuktikan kalau generasi ini sudah bisa namun tumbangnya Nelson dan Cancio terkait KKN membuat saya sangsi, apalagi Sabino anak kesayangan Xanana tidak menunjukan prestasi memukau public, sementara Ilidio bagaikan orang tidak memiliki SWOT atau etika kepemimpinan meraut sana-sini, mengakibatkan kemampuan pembentukan SDM teknik professional dibawah sebagai souvenir oleh Bendito ke ME. Generasi Fretilin seperti Rui de Araujo memiliki kemampuan intelektual dan pengalaman yang bisa memjanjikan namun apakah “F” memberinya ruang ? sementara Arsenio Bano terus kalah dalam mengalang kepercayaan warga Oecusse. Jose Reis terus memanjakan diri dengan foedalisme, walau “F” kuat di Baucau namun kalah dengan tim sepak politik “Luolo” mister Luolo, akhir2 ini menjadi figure sentral “F” namun ia bukan generasi muda hitungan angkatan 90an. Ia meman jebolan Universitas terbaik negeri ini dengan predikat yang gemilang tetapi ia bukan genersi kita. Lalu orang Gerang mendengar keinginan “TMR” mencalonkan diri sebagai PM 2017 sebagai niat penutup jalan. Keinginan ini hampir sama dengan gawang perubahan dan peralihan kepemimpinan antar generasi sedang dijaga harimau 75. Bila orang melihatnya sebagai negative saya melihatnya sebagai sebuah protes bahwa generasi muda belum tiba waktunya atau belum bisa memanfaatkan waktunya, maka prediksi bung Quim yang mengatakan 5-10 generasi muda belum mengambil alih kepemimpinan negeri ini bisa dijadikan mangsa analisis politik jelang 2015-2016.

Quim :
Betul bung, untuk genarasi muda belum ada yang Nampak sbg intelektual yang bekwalitas, mereka  cepat puas dan terlena dengan kekuasaan yang diberikan, harta kekuasaan dan wanita adalah slogan mereka. Namun kitta jg bersyukur masih ada nama2 yang patut kita jempoli walaupun hanya seberapah. Seperti yang anada sebutkan diatas tentang TMR ingin menjadi PM aku piker itu bisa terjadi, Xanana dgn manever politiknua tdk ingin kekuasaan jatuh ke generasi muda, apalagi untuk orang2 diluar system, alasannya simple, bahwa generasi muda belum siap, dan atau biarkan para veteran mencicipi kue kemerdekaan dulu baru kasih kepada generasi berikutnya dan jika hal ini terjadi maka ada deretan nama yang antri untuk jabatan PR dan PM. Siapa2 para veteran yang masih aktif itu? Aku piker kita semua tau.

Arconso :
Itu dia…..jadi generasi muda mari tunjukan prestasi kita, jgn melihat uang/cewe sbg obyek- jangan kita paksakan kehendak agar tongkat kepemimpinan Negara ini diserahkan karena termakannya waktu,  terbungkusnya kulit generasi tua dengan keriputan dan lemah lunlai karena usia. Sebaliknya tunjukan prestasi kita yang melebihi mereka agar para generasi tua sadar kalau waktu mereka telah lewat….tetapi kalau begini caranya kita sedang menanam bom waktu….saatnya generasi tua lepas semuanya saling berebutan maka peralihan dari generasi tua ke muda bisa membawa wabah pertupahan darah….generasi muda yang tidak bertanggung jawab adalah mereka yang X dewan solidaritas dulu mengebrakkan TL, ketika aku masih kecil aku mendengar yang namanya Antero dan diceritakan oleh bapak saya bahwa ia menerima Nobel Perdamaian. Itu generasi muda kok kalah sama dengan om saya yang Renetil, tidak terima nobel tetapi organisasi RENETIL trus berkembang dengan anggotanya tersebar ke berbagai Partai. Generasi seperti Antero harus belajar banyak dari Fernando Lasama dan Mariano Sabino, mereka lagi sekarang popular tetapi hebat membangun jaringan dan organisasi, Hidup RENETIL….selamat berulang tahun….
 

Senin, Oktober 27, 2014

Ada cerita tentang lilin

Ada empat buah lilin yang menyala, sedikit demi sedikit habis meleleh, suasana begitu sunyi sehingga terdengar percakapan mereka. yang pertama berkata: “AKU ADALAH DAMAI, namun manusia tidak bisa menjagaku, maka lebih baik aku mematikan diriku sendiri saja!!” Demikianlah hingga sedikit demi sedikit sang lilin padam,… yang kedua berkata: “AKU ADALAH IMAN, sayang, aku tidak berguna lagi. Manusia tidak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesei bicara tiupan angin memadamkannya. Dengan sedih giliran lilin ketiga berkata: “AKU ADALAH CINTA. Tak mampu lagi aku tuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci orang yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama sang lilin kemudian padam. tanpa terduga,.. Seorang anak masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan ia kemudian berkata : “Ekh,,apa yang terjadi?! Kalian harus tetap menyala, aku takut akan kegelapan.” Lalu ia menangis tersedu-sedu. Lalu dengan terharu lilin keempat berkata:n “Jangan takut, jangan menangis, selama aku ada dan menyala, kita dapat menyalakan ketiga liiln lainnya. AKULAH HARAPAN.” Dengan mata bersinar, sang anak mengambil lilin harapan, lalu mulai menyalakan ketiga lilin lainnya. APA YANG TIDAK AKAN PERNAH MATI HANYALAH HARAPAN YANG ADA DALAM HATI KITA…. DAN MASING-MASING KITA SEMOGA DAPAT MENJADI ALAT, SEPERTI SANG ANAK TERSEBUT, YANG DALAM SITUASI APAPUN DAPAT MENGHIDUPKAN KEMBALI IMAN, DAMAI, DAN CINTA,…DENGAN HARAPANnya…. Dan inilah filosofi lilin… masih ingin kah kamu menjadi lilin? lilin yang memberikan cahaya…………. lilin yang menghangatkan………. 

Lilin yang berarti namun membakar dirinya sendiri sebuah filosofi sederhana yang mungkin tanpa disadari tlah menjadi bagian dr hidup kita. menjadi lilin berarti harus memilih terbakar dan memberikan cahaya tetapi hancur atau menjauh dr api yg membakar namun tak berarti lilin berarti sebuah pengorbanan. pengorbanan yang harus dibayar mahal. adakah pilihan menjadi lilin yang berarti tanpa harus hancur? ada dua hal yang kita bisa ambil dari lilin itu sendiri. yang pertama, lilin punya nyala api yang kecil, tapi berguna di saat gelap melanda. Orang kecil, bukan berarti tak bisa apa -apa. Sekalipun kecil harus bisa berbuat dan berkorban banyak. seperti lilin yang berusaha menerangkan ruangan yang cukupbesar. Jadikan kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat tak hanya sekedar ada atau bahkan sampai tidak diinginkan ada di tengah-tengah mereka. tapi, jadikan kehadiran kita dirindukan banyak orang karena kita bisa menjadi berkat buat mereka. yang kedua, lilin yang dibakar, akan menyala,tapi lama-lama akan habis. dari hal yang satu ini, Lilin melelehkan dirinya untuk orang lain hingga batangnya tak tersisa untuk menerangi dalam kegelapan. Berkorban demi orang lain secara total, sampai batas akhir kemampuan kita. jika kita bisa, saat menolong, membantu, melayani orang lain harus dengan sepenuh hati, tanpa mengharap imbalan apapun, dan rela berkorban. memang susah, tapi kita bisa belajar sedikit demi sedikit… tetapi hati –hati lilin bisa membuat kebakaran besar jika ditempatkan ditempat yang berkayu. Maka kitapun harus bisa menepatkan diri, karena jika tidak akan terjadi bahaya yang besar. JANGAN PERNAH MAU JADI LILIN 

Kalau kita memahami kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara benar dan baik, pasti kita tidak mau menjalani kehidupan ini dengan filosofi lilin. Lilin memang sangat bermanfaat untuk menghadirkan keadaan terang bagi orang yang mengalami kegelapan. Kondisi sekarang, semakin seringnya byar-pet listrik PLN fungsi lilin memang makin terasa. Lilin juga bisa menjadi sumber api bagi yang membutuhkan. Lilin juga memberikan aneka inspirasi dengan sinar-sinar mungilnya. Jadi, lilin secara filosofis menunjukkan keadaan orang yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.Namun kita juga faham, lilin setelah bermanfaat bagi yang lain, dia akan hancur, luluh lantak, dan kemanfaatannya nyaris selesai. Bahkan, sinar terangnya, keindahannya, sumber energinya tidak memberikan kekuatan yang berlanjut bagi dirinya sendiri. Apa artinya itu? Lilin sepertinya mengajarkan kita untuk memposisikan diri kita supaya bermanfaat bagi orang lain tapi dengan cara merusak diri sendiri. Ingat juga, kisah dari Inggris bagaimana Robinhood merampok orang-orang kaya untuk dibagikan hasilnya kepada orang-orang miskin. Tujuannya memang baik, tapi caranya salah, dengan merusak, melanggar hukum, dan tentu berakibat buruk secara sistem. 

Oleh sebab itu bagi saya, tujuan dan cara harus merupakan satu kesatuan utuh dan total, sama-sama harus baik, benar dan legal. Masak, harus merusak diri sendiri untuk membantu orang lain? Mestinya membantu orang lain, dan membantu diri sendiri, dalam kebaikan dan kebenaran, nggak boleh dipisahkan, alias nggak boleh dabaikan. Masak mau memberi sumbangan harus korupsi dulu, nggak lucu khan? Tetapi juga perlu diingat, jangan pernah berfikir dan bertindak, semua yang kita lakukan hanya untuk diri sendiri, nggak peduli orang lain, itu juga salah. Keseimbangan sebagai makhluk individu dan sosial harus tetap terjaga. Maukah menjadi lilin?? Yah, menjadi lilin bukanlah pilihan yang menyenangkan. 

Tapi paling tidak, menjadi lilin adalah pilihan yang gagah, menerangi dan mencoba memberikan seberkas cahaya, meskipun cahaya itu akan menghancurkan dirinya sendiri. Tapi bukankah untuk itu lilin itu ada dan dengan begitu lilin itu berarti. Awal tujuan dari dibuatnya lilin itu adalah untuk menerangi kegelapan.. walau ketika dy menjalankan fungsinya harus merelakan bagian tubuhnya yang perlahan terkikis dan hancur tapi dy toh sedang menjalankan fungsinya, memberikan penerangan,,, hmmm… walaupun dy akhirnya hancur tapi dy telah berguna,, dy berfungsi dalam hidupnya, hidupnya ga sia2, selama hidupnya dy tetap bermakna dan selalu bermakna.. 

Dan mungkin itu kebahagiaan terbesar bagi lilin yang telah menerangi kehidupan walaupun membuat dirinya hancur.. Apalah artinya lilin kalau nantinya hanya akan disimpan dan tubuhnya hancur menjadi serpihan karna patah atau terinjak atau bahkan hancur dimakan zaman!!! mungkin sekarang kita baru bisa menjadi “Lilin” yang dapat menyinari org lain,tetapi kita juga harus mengorbankan diri kita sendiri. Kemudian perlahan kita akan berubah menjadi “Bulan” yang dapat menyinari org lain karena mendapat cahaya dan sin…ar dari matahari. Barulah pada akhirnya kita bisa menjadi “Matahari” yang dapat menyinari org lain dan juga menerangi dirinya sendiri.. Amin

Kamis, Mei 31, 2012

UNE-TL Finaliza Wood Badge no TOT ba nia Lideransa Nasional

Press Release.
Konselho Nasional União Nasional dos Escuteiros de Timor-Leste nudar organisasaun sumbriña ba Escuteirus iha Timor- Leste. União Nacional dos Escuteiros de Timor-Leste moris iha loron 2 Desembro 2005 nebe mai husi organizasaun Scout Timor Leste (Eis Pramuka) no Corpo Eskuteiros Catoliko. UNE-TL hari ho objektivo katak organizasaun Eskuteiros uniko iha Timor Leste. Timor Leste hanesan mos nasaun sira seluk iha mundu hola mos parte iha escutismo mundial nian nebe sai hanesan mata dalan ba dezenvolvimento nasional liu husi nia knar hanesan forma juventude sira liu husi metodo no prinsipio universal escutismo nian. UNE-TL Representa Timor Leste iha Movemento Eskutismo mundial (WSOM = World Scout Organization Movement) ho prinsipo Eskutismo nebe mai husi Fundador Lord Baden Powell hahu 1907. Ho prosesu registo husi APR Bureau (Asia Pacific Regional Bureau). Organiza Evento Nasionais no partisipa iha eventu Regional no Internasional. Iha loron 27-31 Outobru 2011 iha salao Centro Formasaun Non Formal (eis SKB) Vila Verde UNE-TL konsege halao treinamento avansadu ba lideransa escuteiros hamutuk nain 32 nebe mai husi Distritu hat (4) maka hanesan Distritu Dili nain rua nolu (20), Distritu Aileu nain hitu (7), Distritu Baucau nain tolu (3) no Distritu Lautem nain rua (2) ho komposisaun Feto nain nen (6) i mane nain rua nolu resin nen (26). Treinador ba avansado lideransa hirak ne’e mai husi Australian Scouting nebe hetan konviansa husi Asia Pasifiku Regional. Treinamentu ne’e parte husi rekerementu ida atu supporta UNE-TL ba preparasaun hodi sai membru Asia Pasifiku nian no World Scout Organization Movement (Movementu Escuteirus Mundial). Ne’e hanesan kriteria atu sai membru ba APR no WSOM, katak UNE-TL tengki iha Lideransa nebe mak prense kriteria balun no iha woodbadge no mos atu sai sai nudar treiandor ba lideransa escuteirus iha futuru. Depois de treinamentu iha Fulan Outobru tinan kotuk sei fo tempu ba lideransa sira atu implementa materia nebe mak treinador sira fo atu sira implementa iha agrupamentu durante fulan tolu (3) nia laran no mos iha monitorizasaun no evaluasaun husi Komisariu Adultu UNE-TL nian Komisario Angelino Melo da Costa no ikus sai hanesan sasukat ida ba lidaransa sira atu tara lensu gilwell nian no woodbadge (Sai ona nudar Komunidade Woodbagde) iha WSOM. Katak lideransa sira ne bele tama ona ba kriteria ida atu sai nudar treinador ba lideransa sira seluk iha teritorio Timor laran tomak. Rezultadu husi ida ne iha loron 28 Maio 2012 iha Centru Juvenil Padre Antonio Viera Tai-besi lideransa sira halibur an atu halo evaluasaun final ba aktividade nebe sira halao tiha ona no iha evaluasaun ne’e mak determina atu hetan woodbadge ne, iha tempu ne lidaransa rua nolu resin nen (26) husi tolu nolu resin rua (32) mak partisipa simu Woodbage no lensu gillwell husi treinador Internasional Asia Pasifiku. Depois simu tiha Woodbage no lensu gillwell lideransa nain sanolu (10) kontinua halao fali treinamento sai treinador (TOT= Training of Trainner) durante loron hat (4) nia laran 29 Maio to loron 1 Junhu 2012. Mak ne’e deit ami nia karta ba impresa, ba ita bot sira nia kolaborasaun la haluha ami hato’o obrigado wa’in. “ALERTA” Dili, 31 de Maio 2012

Senin, Mei 21, 2012

DISKURSU KOMPLETU PREZIDENTE TAUR MATAN RUAK:

Povu Timor‐Leste , belun no bainaka sira husi rai‐laran no rai‐li’ur. Hodi Estadu Timor‐Leste nian naran, ha’u hato'o benvindu ba Ita‐Boot sira hotu no ho laran tomak, ha’u agradese ba ita‐nia bainaka sira ne’ebé mai husi dook hodi fó onra boot ba ita ho sira‐nia prezensa. Obrigadu barak tanba hola parte hamutuk ho ami iha momentu ho signifikadu boot ida‐ne’e. Ha’u foin simu pose nu’udar Prezidente ba dalimak Repúblika Demokrátika Timor‐Leste nian. Iha fatin ida‐ne’e duni, iha 1989, Sua Santidade Amu‐papa João Paulo II selebra misa. Tinan sanulu liubá, mós iha fatin ida‐ne’e duni, ita selebra ho ita‐nia Povu, iha mundu nia oin, restaurasaun ba ita‐nia independénsia ho simu pose ba Presidente badala tolu, Kay Rala Xanana Gusmão. Iha loron ohin ha’u simu responsabilidade hodi xefia Estadu ida ne’ebé hakmatek, estavel, no iha dame nia laran. Prezidente José Ramos‐Horta, dedika nia vida no tempo iha tinan haatnulu nia laran hodi serbí ita‐nia Povu no ita‐nia nasaun. Ninia servisu no dedikasaun nu’udar ezemplu di’ak tebes no ita hotu tenke hetan inspirasaun hodi banati tuir. Agradese mós tanba iha koordenasaun di’ak ba tranzisaun hodi asegura katak buat hotu la’o diak ho maneira kompetente no tuir regras nebe iha. Kbiit ne’ebé fó motivasaun mai ha’u atu kaer responsabilidade xefia Estadu Timor‐Leste nian mai husi Povu Timor, maibé mai mós husi ha’u‐nia família, ha’u‐nia kaben , ha’u‐nia oan sira, ha’u‐nia maun‐alin, maluk no belun sira. Ha’u assume responsabilidade ne’ebé ohin entrega formalmente mai ha’u, nu’udar rezultadu husi eleisaun ne’ebé livre no justu. Maibé ha’u mós simo responsabilidade ida‐ne’e nu’udar rezultadu husi buat hotu ne’ebé ha’u rona husi ita‐nia Povu, husi análize ne’ebé ha’u halo ba situasaun iha ita‐nia nasaun no ita‐nia Istória, no mós ba buat ne'ebé hau fiar ita bele alkansa iha futuru. Bainhira ita hateke ba ita‐nia Istória ita hare momentu sira ne’ebé ho serbisu maka’as, ho dedikasaun no onra foti ita‐nia nasaun, hodi sees an husi situasaun runguranga no destruisaun. Ita nia Istória, Istória luta nian, serbisu maka’as nian. Tanba ne’e maka ita konsege to’o iha ne’e, to’o iha loron ne’ebé ita hahú selebrasaun aniversáriu restaurasaun independénsia ba dala sanulu. Ita‐nia pasadu nakonu ho serbisu no dedikasaun ba nasaun ne’ebé tenke halo ita foti ulun ho orgullu ‐ tenke kontinua moris hi’as, tenke transfere fali ba loron ohin, atu hasai ita‐nia Povu no ita‐nia nasaun husi situasaun ne’ebé maioria sei kiak nafatin ba fali situasaun ne’ebé maioria hetan moris diak. Só ho serbisu no dedikasaun ba ita‐nia nasaun nia futuru maka ita bele alkansa dezenvolvimentu sosiál, ekonómiku, fíziku, polítiku, sientífiku no kulturál ne’ebé ita‐nia povu hakarak, merese, no iha direitu atu hetan. Iha loron ne’e, bainhira ita avalia ita‐nia nasaun nia situasaun, ita haree momoos katak ita alkansa tiha ona buat barak – no ita tenke sente orgullu ba ida‐ne’e, nu’udar Povu no nu’udar Nasaun ‐, maibé ita mós tenke, ho onestidade, rekoñese, enfrenta no korrije defisiénsia no sala sira nebe sei iha. Iha momentu ne’ebé ita selebra loron 20 Maiu , nasaun tomak tenke halibur an haleu objectivo nebe concreto. Objetivu sira‐ne’ebé ita‐nia Povu sente importante no merese duni esforsu no serbisu makas husi timoroan hotu, tanba, bainhira alkansa tiha, ne’e signifika sei hetan moris diak, prosperidade, seguransa, estabilidade no koezaun nasionál. Durante kampaña eleitorál ha'u aprezenta hau nia Vizaun, ne’ebé esplika ho detalle liña‐orientasaun no prioridades atu transforma ita‐nia nasaun. I lori Vizaun ida ne duni maka Povu hili ha’u. Nune’e, preokupasaun boot liu mai ha’u maka: Seguransa no moris diak. Buat rua ne’e labele haketak malu. Soberania no independénsia nasionál nia baze maka sistema ekonómiku nebe koerente no sustentavel, ne mak fo dalan ba moris diak. Ha’u hanoin katak importante tebes atu muda esénsia husi sistema ekonómiku ne'ebé agora daudaun iha ita‐nia nasaun. Diversifikasaun ba ita‐nia ekonomia, hamutuk ho sistema produsaun ne’ebé hamosu duni empregu no hamenus ependénsia esterna, ezije ita hametin setór privadu nasionál no aproveita, ho maneira rasionál no sustentavel, kusoin ne’ebé ita nia Rain iha. Parte signifikativa husi dezafiu ida‐ne’e sei ezije ‐ formasaun no kualifikasaun ba ita‐nia rekursus umanus, ne’ebé mós tenke kaer metin valór patriótiku no étiku; dexentralizasaun atividade ekonómika liu hosi hamosu polu dezenvolvimentu oioin ho infraestrutura adekuada no ho rekursus umanus ne’ebé di’ak; ‐ kapasidade odi dada investimentu husi rai‐li’ur, no di’ak liu se mai serbisu hamutuk emprezáriu timor oan sira hodi kria empregu ba ita‐nia sidadaun sira, ne’ebé la limita de’it ba sidade no vila boot sira. ‐ hamenus dependénsia husi rai‐li’ur no husi petróleu. Sira‐ne’e hotu nu’udar kondisaun mínima no viavel hodi aproveita kompletamente ita‐nia potensiál tomak, atubele asegura katak ita iha duni kbit atu atende nesesidade ita‐nia Povu nian. Nune’e urjente tebes atu fó atensaun liu‐liu ba zona sira nebe Estado nia presensa fraco no progresu sosiál, fíziku no ekonómiku seidauk to’o iha ne’ebá. Iha tempu hanesan, moris iha demokrácia, respeitu tomak ba sidadaun sira‐nia direitu no devér, reforsa espíritu toleránsia no hametin ita‐nia Estadu‐de‐Direitu dalan mesak atu hametin koezaun sosiál no unidade nasionál. Nu’udar garantia ba funsionamentu instituisaun Estado nian, ha’u afirma katak importante tebes atu envolve sidadaun sira iha prosesu transformasaun ba ita‐nia nasaun hodi arranka duni tuir dalan ba progresu. Inklui ita‐nia sidadaun sira, ne’e indispensavel atu hetan moris diak ne’ebé sustentavel no dura kleur duni. Seguransa no bein‐estár ba ita‐nia Povu, halo ita‐nia sidadaun sira hotu komprende tebes katak ita Povu ida de’it, hadi’ak ita sistema defeza no seguransa, komplementa ho asaun diplomátika no dezenvolvimentu relasaun viziñansa di’ak no kooperasaun ekuitativa iha rejiaun no iha mundu, buat sira ne’e hotu maka sei garante di’ak liután integridade Timor‐Leste nian. Impossivel atu hanoin kona‐ba seguransa nasionál se ita la tau konsiderasaun interasaun ho nasaun sira seluk iha rejiaun no iha mundu. Iha tempo ne’ebé ita moris dadaun, imposivel ita ses an husi akontesimentu sira ne’ebé akontese iha fatin seluseluk iha ita‐nia planeta, ne’ebé, ho maneira oioin, afeta mos ita hotu nia vida. Timor‐Leste simu no hetan benefísiu husi apoiu ne’ebé komunidade internasionál fó ho laran‐luak atu ita‐nia nasaun afirma ninia direitu atu sai livre no soberanu. Iha organizasaun no indivíduu barak ne’ebé fó sira‐nia apoiu tomak ba ita. Tuir mai, asisténsia ba Timor‐Leste komesa iha karater formál liután hanessan Estadu, no ida‐ne’e fó biban ba ninia rekonstrusaun fízika no mos konfigurasaun Estadu nian. Ha’u hakarak aproveita okaziaun ida‐ne’e atu hato’o ami‐nia rekoñesimentu no obrigadu ba Ita‐Boot sira hotu. Timor‐Leste ho ninia Povu hakarak nasaun ne’e nu’udar Nasaun Pás nian, nakloke ba mundu no iha diálogu ho mundu. Ami membru husi ONU, husi CPLP, husi Movimentu País Naun‐Aliñadu sira, ami membru husi organizasaun oioin Pasífiku nian, no ami la’o metin tuir dalan atu tama iha ASEAN. Kondisaun nu’udar membru ba organizasaun internasionál barak no serbisu ne’ebé ita mós hala’o iha organizasaun seluseluk , estatál no naun‐governamentál, nu’udar dalan hodi fila kooperasaun ne sai instrumentu util atu alkansa objetivu nasionál importante. Tuir ita nia obrigasaun internasionál, ha’u reafirma Timor‐Leste nia determinasaun hodi kumpre konvensaun, paktu no akordu sira ne’ebé subskreve tiha ona ka sei atu subskreve iha futuru, sempre ke sira kontribui ba Pás, respeitu ba direitus umanus no moris diak i seguransa ba ita‐nia Povu. Dezafiu sira hotu iha ita‐nia oin ezije SERBISU makas no la para. Buat ne’ebé natureza fó ba ita tenke rega ho ita nia kosar‐been no esforsu! Uluk ita‐nia nasaun ezije ita‐nia raan no ita‐nia luta, agora, ita‐nia nasaun ezije ita‐nia kosar‐been no ita‐nia serbisu maka’as! Hametin no reforsa ita‐nia Identidade Nasionál, halo ema sente orgullu nu’udar timoroan, kaer metin nafatin valór sira ne’ebé ita simu husi ita‐nia bei’ala sira, ne’ebé konfigura ita‐nia Istória… fatór sira ne’e importante tebes iha mundu ne’ebé muda hela de’it, ne'ebé ita nia soberania lakon kbiit no fronteira sira hetok mihis li
u tan. Ida‐ne’e ITA‐NIA nasaun, maski ita simu apoiu no kooperasaun husi nasaun belun no parseiru dezenvolvimentu sira , responsabilidade atu transforma nasaun ne’e ITA‐NIAN! Transformasaun ne’e posivel duni. Ita ko’alia kona‐ba ida‐ne’e bainhira ita temi dezenvolvimentu sosiál, ekonómiku, fíziku, polítiku, tékniku‐sientífiku no kulturál. Maibé, ko’alia de’it kona‐ba saida maka presiza halo, ne’e la sufisiente. Fundamentál tebes timoroan sira hotu sente futuru ne’e sira‐nian rasik. Fundamentál tebes timoroan sira hotu haka’as an atu transforma Timor‐Leste. Fundamentál tebes ba timoroan sira hotu konsidera katak serbisu maka'as no étiku hanesan kontribuisaun individuál ba nasaun ne’ebé ita hotu‐hotu nian, no tenke asegura katak moris diak no estabilidade too ita hotu. Ohin ha’u hahú simu knaar nu’udar Prezidente Repúblika , hateten ba Povu tomak katak ha’u sei sai ezemplu ba buat hotu ne’ebé ha’u husu daudaun ba imi: serbisu maka’as, kaer metin espirito étika profisionál no sidadania nian, fó respeitu tomak ba Konstituisaun no instituisaun sira ne’ebé garanti hodi hametin demokrasia no Estadu‐de‐Direitu no kumpre objetivu supremu hodi serbí ita‐nia Povu. Ida‐ne’e maka dalan nebe ha’u husu imi atu la’o ho ha’u. Atu iha tinan lima nia laran mai, ita bele haree ba kotuk no dehan: ita‐nia esforsu vala duni! Ita‐nia nasaun oin‐seluk ona. Ema hotu sente iha estabelidade .Moris diak komesa sai realidade ba sira ne’ebé merese liu, ne’ebé haka’as an, ne’ebé serbisu no husu de’it atu bele hala’o sira‐nia moris ho dignidade no Pás. Doben Timor oan sira, Povo Timor‐ Leste, laiha ona tempo atu lakon tempo ba konflito no lian naksalak nebe folin laek. Laiha ona fatin atu hanoin deit servisu ba fama , prazer, poder no riku soin. Tempo atu servisu makas, tempo atu hateke ba oin, tempo atu lao hamutuk hodi hases’an husi mukit no terus nebe sobu ita hotu nia moris no futuru. Mai ita hamutuk fo liman ba malu, hodi nakfilak ita rain sai Nasaun ida nebe Riku, Forte no Hakmatek. Maromak tulun ita hotu. Tasi Tolu, 20 Maiu 2012

Senin, April 16, 2012

Reflesaun ba 17 de Abril

Quim R. Brites Loron ohin iha fatin ida ne’e ami hamrik, laiha mataben, laiha halerik no laiha sentimento hanesan uluk. Iha fatin ida ne’e ami relembra fali masakre 17 de Abril 1999. Hanoin hika’as ema sira nebe saran sira nia an sai lutu ba ema barak nia hakarak, hamrik hodi fo sira nia an ba ema lubun nebe mai hamahan iha sira nia fatin. Iha fatin ida ne’e ami mai ho lilin oan ida hanesan tradisaun uma kreda nia hodi sunu no fo naroman ba matebian sira atu moris iha naroman maromak nia. Lilin hanesan sinal naroman ba sira maske justisa sei iha nakukun nia laran. Iha fatin ida ne’e ami mai atu harohan ba Maromak, atu nune’e fo roman no simu sira iha maromak nia knuana, ami fiar katak sira nia sakrifisio bot liu hodi selu sira nia sala iha moris lor-loron nia. Iha loron ida ne’e ami mai hamrik iha fatin ida ne’e, ho silensio tebes, hodi hanoin hi’kas tinan sanolu resin tolu nia laran justisa mate no laiha is iha rai doben ne’e. Justisa hanesan mos martires sira nebe ema oho no hakoi hamutuk iha kasaun ida no hakoi mos hamutuk iha ku’ak ida nia laran. Iha loron ida ne’e ami mai hamrik hadulas iha Posu be nia, nebe iha tempo neba tinan sanolu resin tolu ba kotuk ema milisia no militer Indonesia sira uza hodi soe isin martires sira hamutuk sanolu resin rua iha fatin ida ne’e. Maibe ami mai mos ho objetivu seluk, atu hare karik Justisa mos milisia no military sira soe hamutuk ho martires sira, tamba tinan naruk nia laran ami husu ho hakraik an Justisa nunka rona no hakarak hamutuk ho ami. Iha fatin ida ne’e ami relembra hikas ami nia Nai ulun sira nebe ukun ami iha tinan 10 nia laran. Ami nia prezidente da Republika 20 de maio 2002 nia nebe ema luta nain no dadur mos iha ema nia ukun, nia deklarasaun ba nasaun nunka mais hakarak atu justisa ne mosu iha timor ba nia diak liu amizade duke halo justisa pasado. Tuir fali ami nia Prezidente da Republika nebe mos Diplomata internasional konyesidu iha mundo no simu nobel da paz tamba sofremento povo Timor nia iha nia tempo nia Deklara katak justisa mak hetan ona ukun an. Ba Prezidente nain rua ne’e ami sei sisi nafatin sira nia lia fuan iha loron ikus hodi nune’e sira atu responsabiliza ba martires sira. Oin iha fatin ida ne’e ami mai atu fo hatene mos ba martires sira, katak horseik Povo Timor Leste susesu halo votasaun ba sira nia Preziente da Republika foun. Iha fatin ida ne’e mos ami fo hatene ba martires sira katak durante iha sira nia kampanhe sira nein hakarak atu koalia kona ba justisa. Tamba ne’e iha fatin ida ne’e ami sei hateten katak dalan ba justisa sei naruk, sei hasoru fatuk no ai, laloran tasi, no anin fuik nebe hein hela ita iha oin… Maibe martires sira, ami sei nafatin hakilar, haka’as an no buka subu anin nebe sa’tan iha oin. Maske nei-neik maibe lia los loron ikus sei manan……..Dai-lhe senhor o eterno descanso……………………………… Dili, 17 de Abril 2012.

Minggu, April 08, 2012

Tentang perang dan Timor 1975 (Mari Jujur….)

Jun25 by suciptoardi Jika peristiwa di Timor tahun 1975 sesuai dengan gambaran dalam film Balibo, maka yang terjadi di sana adalah penyerbuan yang ketidakadilannya berlipat-lipat. Michael Walzer dalam bukunya Just and Unjust Wars, dengan komprehensif membahas tentang perang, lengkap dengan contoh-contohnya. Sayangnya, penyerbuan Indonesia ke Timor tahun 1975 tak termasuk bahasan Walzer. Saya bisa memaklumi tiadanya bahasan soal Timor. Tulisan itu memang secara khusus digerakkan oleh aktivisme atas situasi di Vietnam, sedangkan ditulisnya saja selesai pada 1977. Saya yakin saat itu peristiwa Timor tenggelam di bawah ramai-ramai Perang Vietnam, dan secara sengaja pula ditenggelamkan oleh komplotan–ya, komplotan, bukan hanya Indonesia saja–negara-negara pelaku dan penyokong penyerbuan. Untuk melihat adil tidaknya suatu perang, secara garis besar ada dua hal yang jadi referensi. Yang pertama, jus ad bellum, yakni alasan berperang. Yang kedua, jus in bello, yakni cara-cara yang digunakan dalam berperang. Bisa saja satu agresi tidak dengan alasan yang valid, atau tidak adil jika dilihat dari jus ad bellum. Tapi bisa juga alasan agresinya valid, namun tak memakai cara berperang sesuai konvensi, dengan kata lain, tak adil jika dilihat dari sudut pandang jus in bello. Perang yang terjadi di Timor tahun 1975, bagi saya sudah jelas tidak memiliki dasar yang jelas. Kalau saya tidak salah, versi pemerintah mengatakan kalau serangan itu dilakukan karena ada faksi Timor-Timur yang meminta bergabung dengan Indonesia, sedangkan faksi lain, yang jelas paling besar, Fretilin, menghendaki kemerdekaan. Yang diketahui warga Indonesia di bawah kekuasaan Soeharto saat itu, tentara telah menyelamatkan Timor-Timur dari perang saudara. Indonesia adalah “pahlawan” dan “pengayom” rakyat Timor, tanpa menyebutkan proses heroik dan mengayomi itu terjadi melalui pembunuhan lebih dari seratus ribu orang. Kembali ke soal alasan perang, tentu saja sebuah negara tidak bisa menganeksasi sebuah wilayah hanya karena–katakanlah–seratus orang penduduknya memintanya. Terkecuali jika ada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara pada rakyatnya, negara lain tak bisa melakukan agresi dalam rangka humanitarian intervention. Dengan demikian, alasan Indonesia merespon salah satu faksi Timor itu tidak tidak valid. Penyerangan 1975 sama sekali tidak adil atau benar, jika dilihat dari jus ad bellum. Jika memakai kategori kedua, Indonesia lebih tak punya muka lagi. Pertama, aturan dalam perang yang sudah jelas: tentara harus melawan tentara. Yang disebut tentara tentu saja lengkap dengan perangkatnya: seragam dan senjata. Dalam film Balibo, kita bisa melihat adegan di mana personil ABRI mengganti seragamnya dengan pakaian sipil, mungkin dengan tujuan untuk mengecoh gerilyawan. Itu saja sudah salah. Aturan lainnya juga jelas: tidak boleh menyerang apalagi membunuh rakyat sipil. Tapi di Dili dan daerah Timor lain, darah rakyat sipil membanjiri tanah. Di antara rakyat sipil memang ada gerilyawan, dan taktik gerilyawan memang membaur di tengah-tengah rakyat sipil. Tetapi kita bisa membedakannya dari senjata. Gerilyawan tentulah bersenjata. Lagipula, dalam perang antara dua tentara terorganisasi pun (artinya bukan gerilyawan) kita tak boleh membunuh mereka yang menyatakan menyerah ataupun tentara tanpa senjata. Perang ini, jelas jauh dari pantas, benar, apalagi adil. Soal lain yang mengganggu pikiran saya, apakah darah orang Timor hanya milik pemerintah dan tentara Indonesia? Bagi saya, jelas tidak. Yang pertama, Australia, negara tetangga Timor ini juga punya andil. Pemerintah negara ini membiarkan ratusan ribu tetangganya mati dalam penyerangan. Tapi baiklah. Kita semua mafhum kalau Australia tidak punya cukup keberanian menghadapi Indonesia. Dengan sumber daya militer yang jauh di bawah Indonesia, mereka tak mungkin berani. Apalagi di belakang Indonesia ada Amerika Serikat. Amerika Serikat? Ya, Amerika Serikat. Gerilyawan yang mengawal jurnalis Roger East di film itu berkata, “Dari mana Indonesia bisa membeli helikopter mahal dari Amerika itu?” Tentu saja itu sokongan Amerika Serikat yang ketakutan pada Fretilin yang komunis. Kedua negara yang alergi dengan komunisme ini, Indonesia dan Amerika, tak mau ada negara baru komunis yang nantinya masuk Blok-Timur. Indonesia dalam hal ini, mengorbankan semangat dan prinsip antikolonialisme yang dirayakan dalam Konferensi Asia Afrika. Juga mengingkari prinsip bebas-aktif yang digembar-gemborkannya sendiri, dengan gerakan non-bloknya. Lalu sekarang, dengan seabrek kejahatan dan kepengecutan itu, kita mau mengingkari dan menutup-nutupi kebenaran? Bagi saya, itu berarti mencederai semangat liberasi yang kita perjuangkan melalui reformasi dan dilanjutkan dengan pembebasan Timor-Timur, yang sudah lebih dari sepuluh tahun kita lalui. Jika kita terus-menerus menolak untuk jujur pada diri sendiri, saya membayangkan korban Balibo dan lainnya akan selalu menghantui pendidikan demokrasi kita. Sumber: Jurnalida

Kunjungan Tiga Presiden Amerika Serikat dan Sejarah Indonesia

Jun25 by suciptoardi Kunjungan selalu mempunyai arti penting dalam konteks kepentingan yang berkunjung dan yang dikunjungi. Bagi presiden dan orang-orang dekatnya, gambaran kunjungan itu bisa tampak jelas dan rinci. Namun, masyarakat biasa hanya bisa mencatat, setiap kunjungan selalu mempunyai signifikansinya sendiri-sendiri, setidak-tidaknya secara garis besar. Nixon dan Pepera Kunjungan Nixon ke Indonesia, 27-28 Juli 1969, penting karena dua perkara. Pertama, Nixon perlu menjelaskan rencana AS mengubah strateginya untuk Asia, yang dikenal dengan Doktrin Guam atau Doktrin Nixon (Juli 1969). Doktrin itu menegaskan AS akan sedikit demi sedikit mengurangi kehadiran militernya di Asia dan meminta negara-negara Asia menanggung beban keamanannya sendiri (“Asianisasi Asia”). Misalnya, Nixon sering menyebut rencana penarikan mundur (withdrawal) dari Vietnam. Kedua, Indonesia dan AS berkepentingan menuntaskan masalah Irian Barat. Juli dan Agustus 1969 itu sedang berlangsung Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) oleh PBB. Pada dasarnya AS mendukung integrasi Irian Barat ke Indonesia karena AS ingin terus menjalin hubungan dengan Soeharto yang waktu itu dianggap sebagai seorang “moderate military man … committed to progress and reform” dan “walau nonblok tetapi dekat dengan Washington”. Kendati Penasihat Keamanan Henry Kissinger mengingatkan agar Nixon tidak membahas isu Pepera, kehadiran Nixon ke Indonesia “bicara” jelas tentang dukungan AS terhadap kebijakan Indonesia tentang Irian Barat. Kemudian AS juga mengisyaratkan tidak mau terlibat debat berlama-lama tentang Pepera dan cenderung mengusahakan integrasi tersebut segera diterima Majelis Umum PBB secara formal. Ford dan Operasi Seroja Kunjungan Ford ke Jakarta pada 4-5 Desember 1975 berada pada situasi menjelang serangan tentara Indonesia ke Timor Timur. Secara garis besar, kunjungan Ford itu adalah untuk merestui aneksasi Timor Timur. Dalam situasi dan logika Perang Dingin, Timor Timur secara strategis dianggap paling masuk akal dimasukkan ke Indonesia daripada masuk satelitnya Uni Soviet atau RRC. Apalagi suasana Perang Dingin hari-hari itu masih sangat terasa menyusul kekalahan pasukan AS di Indochina dan adanya kekhawatiran berlakunya teori Domino di kawasan Asia Tenggara. Dua hari setelah kunjungan Ford itu, pasukan Indonesia memasuki Timor Timur dengan Operasi Seroja (7 Desember 1975). Karena itu, secara jelas dan simbolik, kunjungan tersebut menunjukkan AS dan sekutu-sekutu Barat-nya pada waktu itu mendukung dan merestui integrasi Timor Timur ke Indonesia. Reagan dan HAM Kunjungan Reagan ke Bali (29 April-2 Mei 1986) dalam rangka KTT ASEAN. Kunjungan ini berada dalam suasana Indonesia sedang dicerca dunia karena pelanggaran HAM. Ada Operasi Rahasia menangkapi secara rahasia para penjahat (Operasi Petrus), penangkapan aktivis pengkritik pemerintah, penangkapan dan penolakan wartawan asing, serta kebijakan-kebijakan represif berlebihan pemerintah atas rakyatnya di banyak tempat, terutama di Timor Timur. Kunjungan Reagan ke Bali dimanfaatkan untuk memberikan dukungan kepada pemerintahan Soeharto kendati dipandang dunia sebagai tidak demokratis dan melanggar HAM. Bahkan, menjelang kunjungan itu, Pemerintah Indonesia masih berani menangkap beberapa wartawan asing yang dikenal kritis terhadap Indonesia. Sayangnya, kunjungan Reagan di Bali itu kurang mendapatkan porsi liputan media massa karena ada peristiwa penting di luar Indonesia yang tiba-tiba terjadi, yaitu kecelakaan reaktor nuklir di Chernobyl, Uni Soviet. Karena Uni Soviet waktu itu masih menjadi musuh bebuyutan AS, Reagan kemudian jauh lebih sibuk memberikan pernyataan tentang kecelakaan itu daripada tentang Indonesia. Clinton dan Deklarasi Bogor Kunjungan Clinton ke Jakarta dan Bogor (13-16 November 1994) dilakukan dalam rangka KTT APEC. Untuk menjadikan menarik dan dikenang sejarah, Indonesia merancang suatu deklarasi tentang kesepakatan pasar bersama APEC dengan jadwal 2010 untuk negara maju dan 2020 untuk negara sedang berkembang. Kini tercatat aneh, Deklarasi Bogor itu justru disponsori oleh Indonesia, anggota APEC yang tampilan ekonominya paling rendah dan paling rentan terhadap dampak liberalisasi itu. Mungkin wajar kalau prakarsa itu datang dari Jepang atau Singapura atau Korea Selatan yang sudah jauh lebih siap dengan pasar bebas bersama. Agaknya pengaruh adidaya atas Indonesia sangat menentukan langkah Pemerintah Indonesia saat itu, sampai-sampai hanya agar Clinton mau datang, Pemerintah Indonesia mengabaikan kepentingan nasional yang lebih konkret. Penjagaan ketat pasukan keamanan AS terhadap presidennya sudah menimbulkan kritik dan protes pada waktu itu. Tentara AS secara mencolok terlihat mengamankan presidennya sendiri dan mengabaikan pasukan keamanan tuan rumah. Sumber: Unisosdem