Posted: Jumat 21 juni 2013.pukul 7:49
Kiriman AM :
Melihat system penyelenggaraan pemerintah TL terkadang membawa banyak pertanyaan dan
jawaban.
Banyak yang memuji kemampuan Mari dan banyak yang meremehkan
sampai menghina Xanana. Kemampuan Xanana. Sering juga kemampuan Mari dilihat
sebelah mata oleh banyak kalangan. Banyak diantara kita merasa lebih mudah dan
memiliki jiwa membangun yang lebih kuat
dan berkarakter kenegarawanan yang lebih baik.
Namun apakah sederet generasi muda yang menduduki jabatan
pada pemerintahan Xanana bisa dijadikan sample untuk mewakili generasi muda
penerus yang handal???? Aku tak tahu harus menjawab apa……….
Tidak didukung
Quim:
Jika kita mau jujur maka kemampuan antara Mari dan Xanana
sangat bertolak belakang. Walau keduanya dari partai tua yang sama yang mana
slogan berbasis mauberismo tapi sulit mengimplementasikan konsep pembangunan.
Mari adalah pendiri,politikus senior,ekonom dan hokum, diplomat serta konseptor
yang mengkombinasikan ide dasar partai ke politik pembangunan modern. Namun
dalam kepemimpinan di pemerintahan tidak di dukung oleh sebagian generasi muda
yang anggap Mari arogan dan individualis dalam pemerintahan. Kejatuhan Mari
adalah factor kesempatan yang dibaca oleh lawan politiknya melalui rakyat yang
pada saat itu kurang informasi dan masih labil.
Tapi jika kita melihat sisi keberhasilan maka semua elemen
bangsa harus akui keberhasilan Mari dalam pembangunan fondasi bangsa yang di
amanatkan oleh konstitusi….a.l. ;
Keamanan external/internal,hokum/ham,batas2 laut/darat dls.
Masa kepemimpinan Xanana adalah masa karena instrument dasar
Negara sudah ada tinggal diperbaiki dan dilanjutkan sesuai perkembangan yang
ada……….Lanjut.
Quim :
Xanana adalah pemimpin multitalent, mulai sebagai seorang
journalist sampai menjadi komandan revolusi hingga menjadi PM. Tak ada keraguan
padanya jika Mari dalam pemerintahannya tertutup untuk generasi muda
(menurutmusuh politik) maka Xanana terbuka untuk memberikan kesempatan pada
generasi muda dalam jabatan2 strategik, kemampuan mereka dapat dilihat dari
hasil kerja selama hamper 2 periode. Maka jika kita ingat kembali kampanhe
politik partai2 koalisi sangat bertolak belakang dengan setelah menduduki
jabatan.
Xanana rupanya sadar, pengikutnya hanya berteori tapi bukti
riil nihil.
Sehingga dalam penyusunan strategic jangka panjangnya tidak
melibatkan lingkungan pejabatnya justri dari tokoh2 oposisi. Setiap departemen
dalam pemerintahannya (kementerian) hampir berdasarkan petunjuk sang PM bukan
dari otak sang menteri sendiri. Melihat kemampuan para pengikutnya Xanana
menjadi sadar tentang konsep pembangunannya, maka untuk mensukseskan
estrategisnya dia harus berkolaborasi dengan oposisi. Lalu apa reaksi lawan
politik lawan politik oposisi ??? sama aku juga tidak tau bung……..
Arconso Miguel :
Uraian observasi bung Quim menurut aku sangat konprehenship,
logis and up to date. Keduanya memiliki porsi kepemimpinan dan kemampuan yang
berbeda tetapi sama kuat dan negarawa, timing yang berbeda menempatkan mereka
bergerak sesuai dengan waktu dan perkembangan politik dunia. Yang aku kwatir
kelihatannya generasi muda, pada pendapat bung Quim masih merupakan lokomotif
yang belum belum bisa bergerak maju sendiri dan menunjukkan “jati diri” kami
sudah bisa dan inilah kemampuan kami. Aku sangsi karena ada generasi muda
tersohor yang memegang jabatan yang sama selama dua periode namun tidak ada
perubahan signifikan dalam aspek pembangunan, malah menjadikan Negara ini
korban inflasi. Aku sekali lagi setuju dan bertanya nasib Negara ini sampai
kapan harus tergantung terus kepada generasi angkatan tua ? dimanakah kemampuan
yang muda?
Quim :
Bung Arconso, apa yang anda kwatirkan meman benar. Generasi
muda sulit didapat untuk 5-10 tahun mendatang. Kita akan mengalami krisis
pemimpin untuk jangka waktu lama. Partai2 politik kita juga mengalami kurangnya
generasi muda yang potensial. Partai hanya memikirkan kepentigan individu bukan
sebagai partai yang mengutamakan kepentingan state, kurangnya pendidikan
politik, regenerasi dan apalagi para pemimpin partai tidak memahami konsep
kepartaian, hal ini terlihat jelas saat2 kampainye. Sementara partai tua
merenovasi internalnya dengan mencetak generasi mudanya untuk memimpin,
walaupun tidak seberapa namun ada dan siap dipakai. Apakah generasi yang
bersama Xanana ada yang siap untuk maju setelah Xanana pensiun, saya sangsikan
itu.
Arconso :
Betul bung Quim apakah mereka mampu? Aku melihat indika
untuk mengukur mampu tidak generasi muda paling minim berbakat intelektualitas
yang miliki sekjen CNRT Dionisio Babo bisa membuktikan kalau generasi ini sudah
bisa namun tumbangnya Nelson dan Cancio terkait KKN membuat saya sangsi,
apalagi Sabino anak kesayangan Xanana tidak menunjukan prestasi memukau public,
sementara Ilidio bagaikan orang tidak memiliki SWOT atau etika kepemimpinan
meraut sana-sini, mengakibatkan kemampuan pembentukan SDM teknik professional
dibawah sebagai souvenir oleh Bendito ke ME. Generasi Fretilin seperti Rui de
Araujo memiliki kemampuan intelektual dan pengalaman yang bisa memjanjikan
namun apakah “F” memberinya ruang ? sementara Arsenio Bano terus kalah dalam
mengalang kepercayaan warga Oecusse. Jose Reis terus memanjakan diri dengan
foedalisme, walau “F” kuat di Baucau namun kalah dengan tim sepak politik
“Luolo” mister Luolo, akhir2 ini menjadi figure sentral “F” namun ia bukan
generasi muda hitungan angkatan 90an. Ia meman jebolan Universitas terbaik
negeri ini dengan predikat yang gemilang tetapi ia bukan genersi kita. Lalu
orang Gerang mendengar keinginan “TMR” mencalonkan diri sebagai PM 2017 sebagai
niat penutup jalan. Keinginan ini hampir sama dengan gawang perubahan dan
peralihan kepemimpinan antar generasi sedang dijaga harimau 75. Bila orang
melihatnya sebagai negative saya melihatnya sebagai sebuah protes bahwa
generasi muda belum tiba waktunya atau belum bisa memanfaatkan waktunya, maka
prediksi bung Quim yang mengatakan 5-10 generasi muda belum mengambil alih
kepemimpinan negeri ini bisa dijadikan mangsa analisis politik jelang 2015-2016.
Quim :
Betul bung, untuk
genarasi muda belum ada yang Nampak sbg intelektual yang bekwalitas,
mereka cepat puas dan terlena dengan
kekuasaan yang diberikan, harta kekuasaan dan wanita adalah slogan mereka.
Namun kitta jg bersyukur masih ada nama2 yang patut kita jempoli walaupun hanya
seberapah. Seperti yang anada sebutkan diatas tentang TMR ingin menjadi PM aku
piker itu bisa terjadi, Xanana dgn manever politiknua tdk ingin kekuasaan jatuh
ke generasi muda, apalagi untuk orang2 diluar system, alasannya simple, bahwa
generasi muda belum siap, dan atau biarkan para veteran mencicipi kue
kemerdekaan dulu baru kasih kepada generasi berikutnya dan jika hal ini terjadi
maka ada deretan nama yang antri untuk jabatan PR dan PM. Siapa2 para veteran
yang masih aktif itu? Aku piker kita semua tau.
Arconso :
Itu dia…..jadi generasi muda mari tunjukan prestasi kita,
jgn melihat uang/cewe sbg obyek- jangan kita paksakan kehendak agar tongkat
kepemimpinan Negara ini diserahkan karena termakannya waktu, terbungkusnya kulit generasi tua dengan
keriputan dan lemah lunlai karena usia. Sebaliknya tunjukan prestasi kita yang
melebihi mereka agar para generasi tua sadar kalau waktu mereka telah
lewat….tetapi kalau begini caranya kita sedang menanam bom waktu….saatnya generasi
tua lepas semuanya saling berebutan maka peralihan dari generasi tua ke muda
bisa membawa wabah pertupahan darah….generasi muda yang tidak bertanggung jawab
adalah mereka yang X dewan solidaritas dulu mengebrakkan TL, ketika aku masih
kecil aku mendengar yang namanya Antero dan diceritakan oleh bapak saya bahwa
ia menerima Nobel Perdamaian. Itu generasi muda kok kalah sama dengan om saya
yang Renetil, tidak terima nobel tetapi organisasi RENETIL trus berkembang
dengan anggotanya tersebar ke berbagai Partai. Generasi seperti Antero harus
belajar banyak dari Fernando Lasama dan Mariano Sabino, mereka lagi sekarang
popular tetapi hebat membangun jaringan dan organisasi, Hidup RENETIL….selamat
berulang tahun….