Minggu, November 02, 2014

Discusi antara Arconso Miguel dengan Quim di Facebook.



Posted: Jumat 21 juni 2013.pukul 7:49


Kiriman AM :
Melihat system penyelenggaraan pemerintah TL  terkadang membawa banyak pertanyaan dan jawaban.
Banyak yang memuji kemampuan Mari dan banyak yang meremehkan sampai menghina Xanana. Kemampuan Xanana. Sering juga kemampuan Mari dilihat sebelah mata oleh banyak kalangan. Banyak diantara kita merasa lebih mudah dan memiliki  jiwa membangun yang lebih kuat dan berkarakter kenegarawanan yang lebih baik.
Namun apakah sederet generasi muda yang menduduki jabatan pada pemerintahan Xanana bisa dijadikan sample untuk mewakili generasi muda penerus yang handal???? Aku tak tahu harus menjawab apa……….
Tidak didukung


Quim:
Jika kita mau jujur maka kemampuan antara Mari dan Xanana sangat bertolak belakang. Walau keduanya dari partai tua yang sama yang mana slogan berbasis mauberismo tapi sulit mengimplementasikan konsep pembangunan. Mari adalah pendiri,politikus senior,ekonom dan hokum, diplomat serta konseptor yang mengkombinasikan ide dasar partai ke politik pembangunan modern. Namun dalam kepemimpinan di pemerintahan tidak di dukung oleh sebagian generasi muda yang anggap Mari arogan dan individualis dalam pemerintahan. Kejatuhan Mari adalah factor kesempatan yang dibaca oleh lawan politiknya melalui rakyat yang pada saat itu kurang informasi dan masih labil.
Tapi jika kita melihat sisi keberhasilan maka semua elemen bangsa harus akui keberhasilan Mari dalam pembangunan fondasi bangsa yang di amanatkan oleh  konstitusi….a.l. ; Keamanan external/internal,hokum/ham,batas2 laut/darat dls.
Masa kepemimpinan Xanana adalah masa karena instrument dasar Negara sudah ada tinggal diperbaiki dan dilanjutkan sesuai perkembangan yang ada……….Lanjut.

Quim :
Xanana adalah pemimpin multitalent, mulai sebagai seorang journalist sampai menjadi komandan revolusi hingga menjadi PM. Tak ada keraguan padanya jika Mari dalam pemerintahannya tertutup untuk generasi muda (menurutmusuh politik) maka Xanana terbuka untuk memberikan kesempatan pada generasi muda dalam jabatan2 strategik, kemampuan mereka dapat dilihat dari hasil kerja selama hamper 2 periode. Maka jika kita ingat kembali kampanhe politik partai2 koalisi sangat bertolak belakang dengan setelah menduduki jabatan.
Xanana rupanya sadar, pengikutnya hanya berteori tapi bukti riil nihil.
Sehingga dalam penyusunan strategic jangka panjangnya tidak melibatkan lingkungan pejabatnya justri dari tokoh2 oposisi. Setiap departemen dalam pemerintahannya (kementerian) hampir berdasarkan petunjuk sang PM bukan dari otak sang menteri sendiri. Melihat kemampuan para pengikutnya Xanana menjadi sadar tentang konsep pembangunannya, maka untuk mensukseskan estrategisnya dia harus berkolaborasi dengan oposisi. Lalu apa reaksi lawan politik lawan politik oposisi ??? sama aku juga tidak tau bung……..

Arconso Miguel :
Uraian observasi bung Quim menurut aku sangat konprehenship, logis and up to date. Keduanya memiliki porsi kepemimpinan dan kemampuan yang berbeda tetapi sama kuat dan negarawa, timing yang berbeda menempatkan mereka bergerak sesuai dengan waktu dan perkembangan politik dunia. Yang aku kwatir kelihatannya generasi muda, pada pendapat bung Quim masih merupakan lokomotif yang belum belum bisa bergerak maju sendiri dan menunjukkan “jati diri” kami sudah bisa dan inilah kemampuan kami. Aku sangsi karena ada generasi muda tersohor yang memegang jabatan yang sama selama dua periode namun tidak ada perubahan signifikan dalam aspek pembangunan, malah menjadikan Negara ini korban inflasi. Aku sekali lagi setuju dan bertanya nasib Negara ini sampai kapan harus tergantung terus kepada generasi angkatan tua ? dimanakah kemampuan yang muda?

Quim :
Bung Arconso, apa yang anda kwatirkan meman benar. Generasi muda sulit didapat untuk 5-10 tahun mendatang. Kita akan mengalami krisis pemimpin untuk jangka waktu lama. Partai2 politik kita juga mengalami kurangnya generasi muda yang potensial. Partai hanya memikirkan kepentigan individu bukan sebagai partai yang mengutamakan kepentingan state, kurangnya pendidikan politik, regenerasi dan apalagi para pemimpin partai tidak memahami konsep kepartaian, hal ini terlihat jelas saat2 kampainye. Sementara partai tua merenovasi internalnya dengan mencetak generasi mudanya untuk memimpin, walaupun tidak seberapa namun ada dan siap dipakai. Apakah generasi yang bersama Xanana ada yang siap untuk maju setelah Xanana pensiun, saya sangsikan itu.

Arconso :
Betul bung Quim apakah mereka mampu? Aku melihat indika untuk mengukur mampu tidak generasi muda paling minim berbakat intelektualitas yang miliki sekjen CNRT Dionisio Babo bisa membuktikan kalau generasi ini sudah bisa namun tumbangnya Nelson dan Cancio terkait KKN membuat saya sangsi, apalagi Sabino anak kesayangan Xanana tidak menunjukan prestasi memukau public, sementara Ilidio bagaikan orang tidak memiliki SWOT atau etika kepemimpinan meraut sana-sini, mengakibatkan kemampuan pembentukan SDM teknik professional dibawah sebagai souvenir oleh Bendito ke ME. Generasi Fretilin seperti Rui de Araujo memiliki kemampuan intelektual dan pengalaman yang bisa memjanjikan namun apakah “F” memberinya ruang ? sementara Arsenio Bano terus kalah dalam mengalang kepercayaan warga Oecusse. Jose Reis terus memanjakan diri dengan foedalisme, walau “F” kuat di Baucau namun kalah dengan tim sepak politik “Luolo” mister Luolo, akhir2 ini menjadi figure sentral “F” namun ia bukan generasi muda hitungan angkatan 90an. Ia meman jebolan Universitas terbaik negeri ini dengan predikat yang gemilang tetapi ia bukan genersi kita. Lalu orang Gerang mendengar keinginan “TMR” mencalonkan diri sebagai PM 2017 sebagai niat penutup jalan. Keinginan ini hampir sama dengan gawang perubahan dan peralihan kepemimpinan antar generasi sedang dijaga harimau 75. Bila orang melihatnya sebagai negative saya melihatnya sebagai sebuah protes bahwa generasi muda belum tiba waktunya atau belum bisa memanfaatkan waktunya, maka prediksi bung Quim yang mengatakan 5-10 generasi muda belum mengambil alih kepemimpinan negeri ini bisa dijadikan mangsa analisis politik jelang 2015-2016.

Quim :
Betul bung, untuk genarasi muda belum ada yang Nampak sbg intelektual yang bekwalitas, mereka  cepat puas dan terlena dengan kekuasaan yang diberikan, harta kekuasaan dan wanita adalah slogan mereka. Namun kitta jg bersyukur masih ada nama2 yang patut kita jempoli walaupun hanya seberapah. Seperti yang anada sebutkan diatas tentang TMR ingin menjadi PM aku piker itu bisa terjadi, Xanana dgn manever politiknua tdk ingin kekuasaan jatuh ke generasi muda, apalagi untuk orang2 diluar system, alasannya simple, bahwa generasi muda belum siap, dan atau biarkan para veteran mencicipi kue kemerdekaan dulu baru kasih kepada generasi berikutnya dan jika hal ini terjadi maka ada deretan nama yang antri untuk jabatan PR dan PM. Siapa2 para veteran yang masih aktif itu? Aku piker kita semua tau.

Arconso :
Itu dia…..jadi generasi muda mari tunjukan prestasi kita, jgn melihat uang/cewe sbg obyek- jangan kita paksakan kehendak agar tongkat kepemimpinan Negara ini diserahkan karena termakannya waktu,  terbungkusnya kulit generasi tua dengan keriputan dan lemah lunlai karena usia. Sebaliknya tunjukan prestasi kita yang melebihi mereka agar para generasi tua sadar kalau waktu mereka telah lewat….tetapi kalau begini caranya kita sedang menanam bom waktu….saatnya generasi tua lepas semuanya saling berebutan maka peralihan dari generasi tua ke muda bisa membawa wabah pertupahan darah….generasi muda yang tidak bertanggung jawab adalah mereka yang X dewan solidaritas dulu mengebrakkan TL, ketika aku masih kecil aku mendengar yang namanya Antero dan diceritakan oleh bapak saya bahwa ia menerima Nobel Perdamaian. Itu generasi muda kok kalah sama dengan om saya yang Renetil, tidak terima nobel tetapi organisasi RENETIL trus berkembang dengan anggotanya tersebar ke berbagai Partai. Generasi seperti Antero harus belajar banyak dari Fernando Lasama dan Mariano Sabino, mereka lagi sekarang popular tetapi hebat membangun jaringan dan organisasi, Hidup RENETIL….selamat berulang tahun….
 

Tidak ada komentar: